YEAY! Akhirnya gue melakukan
jalan-jalan yang gue ngerasa “anti mainstream”, kalau biasanya orang-orang ke
Bali, Lombok, Jogja, Bandung, kali ini gue dapet kesempatan ke kota yang ada
jam gadangnya itu loh, PADANG! Yahuuuud. Dengan waktu 3 hari 3 malam, dari
kamis malam sampai minggu sore, gue bisa ke banyak tempat wisata dan narsis
buat mempercantik sosial media gitu, biar gue juga kelihatan anak jaman now kan
yang isinya travelling, gak cuma foto
selfie-an hahaha.
Pertama kali sampe Bandara
Minangkabau, kesan pertama gue adalah : capek! Karena itu udah jam 4 pagi, iya
jam 4 pagi, dimana 30 menit kemudian udah subuh guys T_T. Sebenarnya, gue
berangkat naik “Singa udara” jam 20.20, kalau on time, cuma you know
lah, maskapai itu kan terkenalnya delayed
dengan alasan “operasional”. Ditambah kondisi cuaca Jakarta hari kamis 15
Februari 2018, yang lagi ngambek-ngambeknya, seharian macetnya luar biasa dan
hujannya nyari perhatian banget, alhasil, jalan ke bandara pun bikin gondok dan
menyebabkan delayed kelewatan yang
bikin beberapa penumpang dari emosi sampai lelah untuk emosi lagi, akhirnya
capek dan “ngemper” di kursi tunggu. Pesawat yang gue tumpangi baru berangkat
pukul 01.00 dan terus aja muter-muter di bandara sampai take off jam 02.00 (gue gak mau tidur sebelum terbang!!!).
(walau capek, harus tetap narsis dong!!!) |
Selama di Padang, gue sewa bus mini
gitu, untuk ngangkut 16 orang (kayak piknik sekolah kan gue, rameeeeee).
Harganya itu Rp. 1.500.000/hari diluar tips,
makan dan penginapan supir-kenek, tapi udah termasuk biaya bahan bakar
kendaraan dan parkir. Karena udah jam 4 pagi dan berhubung tetap butuh mandi
dan makan, rombongan gue berangkat ke Pelanta
Roemah Kajoe yang ada di jalan Sungai Ngirak dan berjarak kurang lebih
30-45 menit dari bandara. Penginapan ini seharga Rp. 3.000.000/malam dengan 4
kamar, dimana masing-masing kamar ada extra
bed dan dapat sarapan pagi seperti roti, nasi goreng dan teh manis hangat.
Yang unik dari penginapannya adalah banyaknya barang-barang old dan vintage gitu, kayak mesin tik dan alat-alat musik, di pojok
ruangan.
Selesai puas dengan foto-foto dan
menikmati hidangan, gue dan rombongan “kakak-kakak” pergi ke Pulau Pagang untuk snorkelling, perjalanan dari penginapan ke Pulau-pulau ini sekitar
1-2 jam dan sepanjang jalan kesana, akan banyak melewati berbagai hijau-hijau
dan biru-biru, jadi, jangan tidur ya, karena nanti akan kelewatan pemandangan
segar yang gk ada di Jakarte hehehe! Nah, sampai di pelabuhan Bungus, kalian
harus sewa perahu serta alat safety
seperti baju pelampung. Sewa perahu ini dihitung per orang dengan harga Rp.
150.000 dan tiket masuk pulau Rp. 25.000/orang. Setelah sekitar 1 jam berada di
perahu, akhirnya sampai juga di Pulau
Pagang dan siap-siap untuk snorkelling
dan banana boat dengan harga 35.000
untuk masing-masing. Oh ya, pas snorkelling
juga udah termasuk foto bawah air, jadi kita hanya perlu sediakan memori kecil
aja biar foto-foto kecenya langsung masuk ke folder pribadi. Nah, karena tanpa
harus ke tempat dalam, ikan udah banyaaaaaaak banget, jadi snorkelling di tempat cetek pun tetap seru. Sebenarnya ga bisa
dibilang cetek juga, karena gini, perbedaan dari cetek ke dalem itu tipis, jadi
kalau ga bisa berenang, siap-siap pake terus pelampung ya! dan terus pakai
kacamata supaya gak kelewatan ikan sedikitpun!!!
(lucu ya guenya, eh maksudnya ikannya) |
Karena ingin kesana kemari lagi, gue
harus buru-buru selesain main-main di laut dan bersiap-siap mandi terus jalan
ke tempat makan Lamun Ombak di
daerah Ulak Karang Selatan, disini makanannya enak-enak, enak semua malah, tapi
paling the best itu UDANGnya sih dan kalau kata temen gue, es timunnya, tapi
yang di serut, jangan di jus. Makan disini kisaran 50.000-100.000/orang,
tergantung sih, kalau lo gak doyan makan, mungkin lebih murah, tapi kalau lo
tipe yang kelaperan terus dan ususnya 5 meter, ya pasti lebih mahal dari itu
sih, hehehehe. Nah yang spesial dari Lamun Ombak buat gue pribadi adalah gue
disamperin temen Indonesia Membaca yang gue belum pernah lihat wajahnya
sekalipun, karena selama ini cuma berkomunikasi di dunia maya aja. Senangnya
bukan maiiiiiiiin, udah gitu, gue dikasih buku pula, kan senengnya jadi
berkali-kali lipat!!!
Setelah dari Lamun Ombak, rombongan
hore-hore ini menuju ke penginapan di dekat Danau Singkarak, atau lebih
tepatnya, dekat bangeeeeet sama danau ini. Sepanjang jalan kesana, kita sempat
berhenti dulu untuk foto-foto di Lembah
Anai dan biaya masuknya Rp. 5.000/orang, air terjunnya ini unik, di pinggir
jalan, benar-benar di pinggir jalan, keren kan?
(Air terjun kece, modelnya juga kece ehehe) |
Sebelum sampai di penginapan, ada
baiknya memberi makan cacing di perut terlebih dahulu dengan sate padang,
niatnya sih mau Mak Syukur yang terkenal itu, cuma kehabisan, jadinya di Sate Padang Saiyo, enak sih, sayangnya
kurang panas, hehehe. Jadi kurang mantap aja gitu. Makan disini seharga
21.000/porsi, itu setengah sih, jadi ya 1 porsi mungkin ya 30.000-40.000. Sampe
penginapan, niatnya mau mandi dan tidur, tapi ternyata udah disiapin makanan
sama pak Ipul (ini penginapan rumah pak Ipul, salah satu peserta jalan-jalan
juga, jadi gratis deh hehee), sebagai insan manusia yang baik, tak boleh
melewatkan makanan yang ada, apalagi sudah dihidangkan begitu kan, pamali kata
orang tua sih #inialasan.
Paginyaaaaa, setelah bangun,
SUBHANALLAH, MASYAALLAH, ALLAHUAKBAR, ya ampun pemandangannya itu loh gaes,
ngeliat sunrise gak perlu jauh-jauh,
Cuma keluar pintu rumah, duduk sambil makan kacang dan minum kopi, Allah SWT
udah ngasih pemandangan kecenya itu. Terus, karena pengen jalan-jalan, akhirnya
sebelum mandi, rombongan ini ngiter-ngiter di desa dan gak lupa untuk foto-foto
di setiap spot bagus, maklum ya, namanya orang kota, jarang kan liat hamparan
sawah, langit biru dan kerbau yang lagi bajak sawah hihihihi.
Nah, setelah bersiap-siap mandi
dan pakai kostum army, kita berangkat
deh ke Bukittinggi, rencana hari ini tuh banyak banget, jadi harus jalan sepagi
mungkin. Setelah perjalanan sekitar 1 jam, akhirnya sampai juga di Lembah Ngarai Sianok, HTM disini
15.000/orang dan lagi-lagi disuguhi pemandangan kece, tips buat disini adalah
jangan bawa makanan, karena banyak monyet nakal yang bakal nyamperin. Disini
juga ada Goa Jepang, dan gue
sarankan untuk pipis, bawa minum sebelum masuk, kalau ada uang lebih sewa tour guide juga biar wisata sejarahnya
makin mantap, harganya itu sekitar 70-100rb, tergantung banyaknya peserta aja
sih. Keluar dari sini, langsung cus ke Jam
Gadang, tau gak kenapa angka romawi jam gadang itu bukan IV tetapi IIII?
Karena alasan visual aja sih, supaya enak dipandang wkwkwkwkwkkwkw. Sama
katanya jaman dulu, IIII itu berarti DEWA, ya gitu deh pokoknya.
Nah kalau udah disini, jangan
lupa masuk ke pasar terus makan nasi kapau, ini udah terkenal banget sih, dan
makanannya enak-enak. Makan disini per orang sekitar Rp. 40.000,-, udah sama
kerupuk-kerupuk, emping, minum dan lain-lain, jadi normal lah ya. kalau kesini
carilah jalan memutar, karena biasanya ibu-ibu suka nyangkut di pasar hehehe.
Dari situ, rombongan jalan ke Lembah
Harau, sayangnya, lagi musim kering sehingga air terjunnya nggak ada,
disini jadinya cuma buat foto-foto aja dan numpang sholat.
Well, hari semakin sore,
perjalanan dilanjutkan ke Kelok 9, serunya pas jalan kesini adalah menghitung
kelok (belokan), Cuma karena gue orangnya males, jadi gue gk hitungin, gue
percaya aja deh sama temen gue dan google kalau udah 9 kelokan. Di paling atas
itu, ada tempat-tempat makan, kayak di puncak pass, makanannya indomie, kopi,
jagung, susu, roti, pisang dan lain-lain, harganya juga normal, makan-minum ya
sekitar 15.000/orang.
Dari kelok 9, perjalanan di
lanjutkan ke Hotel Emersia, sebelum sampai sana, dank arena rombongan ini
adalah tipe LAPERAN, kita memutuskan untuk makan di restoran dekat hotel sambil
pesta durian! Sayangnya, gue gak doyan durian, jadi kebahagiaan gue malam itu
turun satu derajat dibanding yang doyan! Hufht. Setelah perut-perut sudah
terisi dan mendapatkan kunci kamar masing-masing, kita langsung mandi dan
terlelap!
Paginyaaaa, setelah tidur
pulas dan udah cantik dengan kostum putih-putih serta kenyang oleh sarapan
hotel yang enak-enak, perjalanan dilanjutkan untuk wisata kota. Oh ya, hotel
Emersia itu bintang 4 dan per kamar seharga Rp. 600.000an (ini udah discount). Sampai
di tujuan pertama, Istana Pagaruyung, ya ampun, istananya megah yaaaa, gue
ngebayangin kalau tinggal disitu pasti enak, gak banjir, luas, lega dan bisa
guling-guling, udah gitu bisa bikin perpustakaan sendiri buat buku-buku gue
hihihihihihi. Yang jelas, karena waktunya gk sempet untuk pakai baju adat
Padang, jadinya cuma foto-foto aja disini. Harga masuk disini per orang Rp.
7.000 dan kalau mau foto sama abang-abangnya dan dicetak harganya itu Rp.
30.000/lembar.
Sehabis dari Istana
pagaruyung, karena bingung mau makan dimana, akhirnya makan di Lamun Ombak
lagi, dan ini menjadi makan terakhir di perjalanan Padang huhuhuhu, makanya gue
makan banyak banget (ini dimana letak hubungannya?). setelah itu, kita ke
Mesjid yang besar banget itu di Kota. Ya ampun, mesjidnya ini MEWAH banget. Pasti
kalau sholat jumat, gak sampai keluar-luar gak dapet tempat deh, karena
mesjidnya LUAS banget dan banget. Untuk masuk ke masjid ini, yang wanita harus
memakai kerudung dan lelaki memakai pakaian sopan.
Setelah selesai sholat, perjalanan dilanjutkan ke pembelian oleh-oleh dan dilakukan di toko Christine Hakim yang terletak di jalan sebelum Jembatan Siti Nurbaya (lupa nama jalannya hehe). Karena oleh-oleh bukan suatu kewajiban, jadi mending gak usah beli #modepelit hahaha, tapi gue tetep beli sih. Dan setelah pembelian oleh-oleh, perjalanan usai SUDAH! Perjalanan ke Padang menghasilkan kebahagiaan, kenangan manis, hati yang tenang dan terpenting adalah menyisakan kerinduan, kerinduan akan kebersamaan. Akhir kata, terima Kasih untuk membaca catatan receh ini dan kalau berkenan stay tuned yaaaa untuk perjalanan selanjutnya!
cihuyyyyy!!!
ReplyDeleteApe lu cihuy hahahaha
Delete